KERATUAN Darah Putih adalah salah satu Keratuan yang menganut
agama Islam. Letaknya di Kabupaten Lampung Selatan. Dalam sejarahnya, sosok
Ratu Darah Putih adalah putra dari Syarif Hidayatullah yang lebih dikenal
dengan nama Sunan Gunung Djati.
Ketika Sunan Gunung Djati menjadi Sultan Cirebon dan kemudian
mendirikan Kesultanan Banten, Sunan Gunung Djati melihat pancaran cahaya yang
tegak menembus langit. Ia lalu mendatangi sumber cahaya itu, dan ternyata
cahaya itu keluar dari Keratuan Pugung Lampung Timur.
Pada saat mendatangi Keratuan Pugung, Sunan Gunung Djati melihat
Putri dari Ratu Pugung, yaitu Putri Sinar Alam. Ketika Sunan Gunung Djati
mengutarakan maksud untuk menikahi Putri Sinar Alam, ternyata Ratu Pugung
menolak pinangan tersebut. Alasannya, putri pertama tidak boleh menikah dengan
selain Keturunan Keratuan Pugung.
Untuk mengobati kekecewaan Sunan Gunung Djati, Ratu Pugung
menikahkan putri keduanya dengan Sunan Gunung Djati. Dari pernikahan ini, Sunan
Gunung Djati dan putri kedua Ratu Pugung mendapatkan keturunan dan diberi nama
Minak Gejala Bidin.
Ketika Sunan Gunung Djati kembali ke Cirebon, beliau kembali
melihat pancaran sinar yang terlihat seperti awal mengunjungi Keratuan Pugung.
Dan akhirnya setelah setahun berlalu, Sunan Gunung Djati kembali mengunjugi
Keratuan Pugung dan beliaupun akan menikahi Putri Sinar Alam, dan akhirnya
disetujui oleh Ratu Pugung dan dinikahkan dengan putri pertamanya.
Ketika Putri Sinar Alam melahirkan putranya, Sunan Gunung Djati
tidak sedang ada di Keratuan Pugung dan diberikan nama Minak Gejala Ratu.
Ketika mereka besar dan ayah mereka belum pernah mengunjungi
mereka, merekapun bertanya “Dimana ayah kami†dan ibunda merekapun menjawab
“Ayah kalian adalah seorang Sultan di Cirebon.â€
Akhirnya mereka berduapun berangkat dengan menaiki perahu untuk
menemui ayahnya. Sesampainya di pertengahan jalan, sang kakak yaitu Minak
Gejala Bidin merasa cincinnya tertinggal. Dan ia pun memerintahkan adiknya
untuk kembali dan mengambil cincinnya itu.
Ketika Minak Gejala Ratu kembali untuk mengambil cincin, ibunya
pun berkata cincin kakakmu aku selipkan di perbekalan.
Sementara karena merasa menunggu lama, Minak Gejala Ratu
akhirnya meninggalkan adiknya dan menuju Cirebon sendirian dan disambut oleh
sang ayah dan diberikan harta yang banyak. Ia kemudian kembali ke Lampung.
Malangnya, sang adik melihat sang kakak sudah berangkat terlebih
dahulu akhirnya Minak Gejala Ratu berangkat juga seorang diri. Ketika menghadap
di Kesultanan Cirebon, Minak Gejala Ratu tidak diakui karena baru saja kakaknya
yang juga mengaku sebagai putranya dari ibu yang berasal dari keturunan
Keratuan Pugung.
Dengan tidak menyerah, Minak Gejala Ratu terus berusaha
meyakinkan sang ayah. Akhirnya sang ayahpun berkata, “Jika kamu anakku, maka
darahmu berwarna putih.â€
Akhirnya Minak Gejala Ratu mengambil padi dan ditorehkan
dikeningnya, yang kamudian mengeluarkan dan meneteskan darah berwarna putih.
Setelah itu, kemudian Sunan Gunung Djati mengganti namanya menjadi Muhammad Aji
Saka dan memberikan warisan hanya berupa peti kecil.
Ayahnya berpesan “Buka peti itu dimana hatimu merasa pas akan
tempat itu.†Akhirnya Muhammad Aji Saka berlayar ke Lampung.
Karena dirasa hatinya pas untuk membuka peti akhirnya Muhammad
Aji Saka melabuh dan membukanya. ketika dibuka sungguh tak disangka isi peti
tersebut berterbangan dan menjadi pasukan yang taat mengabdi kepada Muhammad
Aji Saka dan mendirikan Keratuan. Karena darahnya putih maka keratuan tersebut
diberi nama Keratuan Darah Putih pada abad ke-15.
Kemudian Ratu Darah
Putih menikah dengan Putri Sultan Aceh yang bernama Putri Tun Penatih. Adapun
makam Ratu Darah Putih berasama sang istri terletak di Keramat Saksi, Kuripan,
Penengahan. Dari Ratu Darah Putih inilah nantinya akan menurunkan pahlawan
nasional Lampung, yaitu Raden Intan II.